BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

welcome to edubadax style

Sabtu, 31 Oktober 2009

Cerita Lawak Ha....ha...

Sudah Terlanjur Dibayar

Category: Humor Dewasa
Seorang lelaki membawa seorang pekerja seks ke sebuah motel. Sesuai permintaan si
Humor Dewasa

pekerja seks, dia membayar Rp 300.000,- sebelum dimulai. Ketika si lelaki sudah melepaskan pakaiannya dan si perempuan akan membuka baju biru transparannya, tiba-tiba alarm tanda kebakaran berbunyi. Si pekerja seks lari dengan uang Rp300.000 masih di tangan, sementara si lelaki berusaha memakai kembali celana dan bajunya, kemudian mengejar perempuan yang diajaknya tadi. Asap api yang tebal akhirnya memisahkan mereka.

Si lelaki berusaha mencari, tapi tidak menemukannya dan memutuskan untuk keluar. Di pintu dia berpapasan dengan petugas pemadam kebakaran.

"Tadi lihat perempuan cantik pakai baju biru transparan dan tangannya menggenggam uang Rp 300.000,- nggak?"

"Tidak," jawab petugas pemadam kebakaran.

"Nanti kalau ketemu langsung pakai saja ya. Udah aku bayar kok."

Lomba Payudara Terbesar

Category: Humor Dewasa
Hendry : "Kamu sudah tahu belum pemenang kontes payudara terbesar yang diadakan di Pantai kemarin?"

Ronny: "Belum tuh, bagaimana hasilnya?"

Hendry : "Pemenang ke tiga ternyata seorang wanita yang mempunyai payudara sebesar kelapa yang masih di pohon."

Ronny: "Oh, besar sekali?"

Hendry : "Tetapi juara ke dua sebesar buah semangka."

Ronny: "Terus juara pertama, sebesar apa?"

Hendry : "Sebesar buah mangga.."

Ronny: "Ngaco kamu! Itu tidak benar, juara pertama kok sebesar buah Mangga!"

Hendry : "Entar dulu, kawan. Anda kan tidak tahu bahwa yang sebesar buah mangga itu baru bagian putingya."

Abu Nawas Masuk Penjara
Category: Humor Sufi
Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain. Baginda berpikir. Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas. Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan orang.

Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat. Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghirup udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang. Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.

Abu Nawas memang girang bukan kepalang tetapi ia juga merasa gundah. Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakan dirinya. Tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung. Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda pasti sedang merencanakan sesuatu. Abu Nawas menyiapkan payung untuk menyambut hujan yang akan diciptakan Baginda Raja.

Pada hari itu Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib. Sejak membuka praktek ramal-meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang handal dalam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.

Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ramal maka Baginda Raja Harun Al Rasyid merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa membahayakan kerajaan. Maka tanpa pikir panjang Abu Nawas ditangkap. Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini bemiat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng. Setelah beberapa hari meringkuk di dalam penjara, Abu Nawas digiring menuju tempat kematian.

Tukang penggal kepala sudah menunggu dengan pedang yang baru diasah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang. Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas. Tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Ketika algojo sudah siap mengayunkan pedang, Abu Nawas tertawa-tawa sehingga Baginda menangguhkan pemancungan.

Beliau bertanya, "Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo?"
"Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga merasa gembira." jawab Abu Nawas sambil tersenyum.
"Engkau merasa gembira?" tanya Baginda kaget.
"Betul Baginda yang mulia, karena tepat tiga hari setelah kematian hamba, maka Baginda pun akan mangkat menyusul hamba ke liang lahat, karena hamba tidak bersalah sedikit pun." kata Abu Nawas tetap tenang. Baginda gemetar mendengar ucapan Abu Nawas. dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.

Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa. Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas disuguhi hidangan yang enak-enak. Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasa tinggal di penjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga penjara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam penjara ia bisa jatuh sakit atau meninggal Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah mendengar penuturan penjaga penjara.

Abu Nawas Mati

Category: Humor Sufi
Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.

"Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu."
"Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak."
"Apa?"
"Raja kujadikan budak!"
"Kenapa kau lakukan itu suamiku."
"Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara."
"Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu."
"Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun AL Rasyid kepadaku,"
"Pasti kau akan dihukum berat."
"Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan."

Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan sholat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang. Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
"Ada apa?" tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
"Huuuuuu...suamiku mati....!"
"Hah? Abu Nawas mati?"
"Iyaaaa..., !" Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar, menyenangkan dan menghibur Baginda Raja. Baginda Raja beserta beberapa pengawal beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia nnmberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu. Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
"Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?"
"Ada Paduka yang mulia." Kata istri Abu Nawas sambil mengangis.
"Katakanlah!" kata Baginda Raja.
"Suami hamba, Abu Nawas memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat." Kata istri Abu Nawas terkata-kata.

"Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas." kata Baginda Raja menyanggupi. Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata,
"Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku. Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya."

Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras, "Syukuuuuuuuur....... !" Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkurnpul lari tunggang langgang, tertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir.

Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder juga.

"Kau... kau... sebenamya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?" tanya Baginda dengan gemetar.
"Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku."
"Jadi kau masih hidup?"
"Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang."

"Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?"
"Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia."
"Ajarkan ilmu itu padaku..."
Tidak mungkin Baginda, Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri,"
Dasar pelit!" Baginda menggerutu kecewa.

0 komentar: